Review Buku : Muhammad Al Fatih 1453



Berawal dari perkataan sang Rasul mengenai takluknya kontastinopel dalam cahaya Islam, Sultan Mehmed II menempa dirinya agar layak menjadi seorang panglima terbaik, seperti yang dikatakan oleh manusia terbaik sepanjang masa Rasulullah saw :
(Sungguh, Konstantinopel akan di taklukan oleh kalian. Maka sebaik-baik adalah pemimpinnya dan sebaik baik pasukan adalah pasukan yang menaklukannya)
Konstantinopel terletak tepat di tengah dunia, yang menjadikan pelabuhannya sebagai pelabuhan tersibuk pada masanya. Dari 20 km garis pertahanan kota, 13 km diantaranya berbatasan dengan laut dan hanya 7 km yang berbatasan dengan dataran.  Sebelah utara kota berbatasan dengan Selat tanduk, sebelah timur berbatasan dengan selat Boshporus, sebelah selatan berbatasan dengan laut Marmara, dan di sebelah barat inilah satu-satunya wilayah yang berbatasan dengan daratan. Maka dari itu Konstantinopel bagaikan mutiara di tengah perairan.
            Kota ini dijuluki juga sebagai “The City with Perfect Defense” karena 7 km garis pertahanan yang berbatasan dengan daratan itu merupakan tembok kokoh berlapis tiga dengan parit sedalam 10 meter dan lebar 20 meter di barisan dinding terluar yang akan menyiutkan nyali siapapun yang datang untuk menaklukan konstatinopel. Tembok ini berdiri dengan angkuhnya selama 11 abad tanpa ada satu pasukan pun yang mampu meruntuhkannya. Hanya ketika perang Salib 1204 kaum Kristen Eropa pernah menerobos dinding pertahanan kota melalui selat Tanduk Emas, namun sesudah itu, penduduk Konstantinopel bahu membahu merenovasi sehingga diding pertahanan mampu berdiri lebih kokoh daripada sebelumnya.
            Jika kondisi pertahanan konstantinopel sedahsyat ini,  pantas saja jika hanya panglima dan pasukan terbaik yang mampu menaklukannya. Mehmet II kecil, begitu antusias mendengarkan hadits rasul yang tiap malam dibacakan oleh ayahnya Sultan Murod II. Sehingga terekam dalam otak bawah sadarnya bahwa dirinya lah panglima terbaik yang akan menaklukan Konstantinopel, dirinyalahh yang akan menggoreskan sejarah emas untuk merelalisasikan kebenaran perkataan Rasulullah saw.
Usianya baru 16 tahun ketika ia mampu menguasai 8 bahasa guna melayakkan dirinya untuk menaklukan Konstantinopel, ia pun tak pernah meninggalkan shalat malam semenjak akhir baligh hingga akhir hayatnya, karena ia yakin, ibadah serta kedekatan dirinya dengan Rabbul Izzati sangat mempengaruhi ketercapaian visinya untuk menaklukan Konstantinopel.
Ia mempersiapkan segalanya dengan sangat matang padahal usianya kurang lebih 21 tahun. Ia membuat meriam terbesar yang pernah ada pada masanya. Ia juga mampu menciptakan kejutan-kejutan dahsyat dalam setiap strategi perangnya, memotivasi setiap pasukkannya untuk menjaga iman serta ibadah agar Allah berkenan membantu dalam penaklukan ini.
Bersama 250.000 pasukan Sultan Mehmed II berangkat dari Edirne menuju tembok kokoh berlapis 3. Diantaranya ikut serta ahli perang, ahli pembuat meriam, ahli pembuat terowongan bawah tanah, ahli batu serta ulama guna membimbing setiap pasukan agar tidak keluar dari jalur syariat Islam.
Dalam buku ini penulis menuliskan secara detail bagaimana sengitnya pertempuran yang berlangsung selama 54 hari serta kejutan-kejutan apa saja yang dihadirkan oleh Sultan Mehmed II sang penakluk terbaik. Buku ini menghadirkan atmosfir kesemangatan Sultan Mehmed II dalam diri kita, dalam hidup kita dan dalam setiap langkah kita sehingga kita juga layak menjadi al-fatih al fatih berikutnya.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar